Oleh: ffugm | Mei 12, 2011

LOGIKA: Kebenaran Relatif Bukanlah Kebenaran Seenaknya Sendiri

BANYAK orang yang tak faham ilmu filsafat mengatakan “Kebenaran itu relatif”, lalu beranggapan bahwa pendapatnya juga benar. Bahkan tak jarang menganggap pendapat orang lain salah. Zaman sekarang adalah zaman krisis pemikiran. Banyak orang kehilangan norma, terutama norma kebenaran. Bahkan agamapun dipahami hanya kulit-kulitnya saja sehingga kebenaran agama tak pernah termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Logika spekulatif

Semua orang bisa berlogika. Termasuk pelacur, perampok, pmbunuh, penipu, politisi, jenderal, ulama, mahasiswa, tukang sate dan siapa saja. Tetapi, logika tanpa didukung ilmu logika merupakan logika spekulatif. Logika untung-untungan. Logika seolah-olah. Bisa benar bisa salah dan banyak salahnya.

Logika ilmiah

Merupakan format berlogika yang sudah teruji kebenarannya secara empiris. Terdiri ribuat format berlogika yang logis dan benar. Dari sudut pandang yang benar. Dan didukung fakta yang tidak bernilai nisbi.

Wilayah kebenaran

Wilayah kebenaran adalah fakta nyata atau realita. Bukan andaikata, apabila, kemungkinan, barangkali, dan sejuta pengandaian lainnya. Bukan pula bertumpu pada figur atau kharisma seseorang. Juga tak terletak pada budaya busana atau atribut yang menempel pada seseorang.Tetapi hanya ada pada fakta nyata atau realita.

Kebenaran relatif

Kebenaran relatif artinya kebenaran dari sudut pandang tertentu. Bukan kebenarannya yang relatif, tetapi sudut pandangnya yang relatif. Misalnya, sebuah persoalan ekonomi, bisa diteropong dari berbagai sudut pandang pemikiran. Bisa melahirkan berbagai kebenaran. Namun tiap kebenaran mengandung ketidakbenaran. Oleh karena itu sebuah kebenaran yang benar adalah yang bertumpu kepada fakta nyata atau realita. Tidak berhenti kepada kalimat andaikata,apabila,kemungkinan,barangkali dan sejuta pengandaian lainnya.

Sumber kesalahan

Sumber kesalahan yang seringkali dibuat oleh logika spekulatif yaitu, “tidak mengerti tapi bicara”. Misalnya, orang yang tidak mengerti ilmu logika tapi mencoba bicara tentang logika. Maka, terasa sekali pendapatnya hambar dan dengan mudah menghasilkan pendapat-pendapat yang salah dan ngawur.

Harus mengerti

Oleh karena itu, kebenaran yang benar haruslah dilakukan oleh mereka yang benar-benar mengerti. Dengan demikian pengertian kebenaran relatif adalah kebenaran yang bertumpu kepada ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Tidak bertumpu kepada pemikiran spekulatif yang bertsifat “kira-kira”. Sebab, ilmu logika bukanlah ilmu kira-kira, tetapi ilmu yang bertumpu kepada kepastian.

Lebih baik bertanya atau diam

Oleh karena itu, adalah bijak jika orang yang tidak mengerti tentang ilmu logika bersikap bertanya. Atau, lebih baik diam daripada bicara tapi tanpa basis kompetensi. Bicara tanpa didukung ilmu pengetahuan sama saja menunjukkan kebenaran relatif berbasiskan kebodohan saja. Oleh karena itu, bertanya atau diam merupakan sikap yang bijaksana dan benar.

Kesimpulan

1.Kebenaran relatif adalah logika yang berbasiskan kompetensi dan bukannya berbasis kepada relativitas sebuah prasangka.

2.Kebenaran relatif adalah kebenaran multidispliner atau interdisipliner di mana sudut pandangnya sangat jelas.

Sumber gambar: gudangilmu.net

Hariyanto Imadha

Pengamat perilaku pemikiran

Sejak 1973


Kategori