Oleh: ffugm | Februari 25, 2014

FILSAFAT: Isi Otaknya Cuma Agama Wawasan Berpikirnya Sempit

FACEBOOK-FilsafatIsiOtaknyaCumaAgamaWawasanBerpikirnyaSempit

MEMANG, terasa membosankan kalau kita punya sahabat atau tetangga atau kenalan yang tiap hari yang dibicarakan agama melulu. Ketika bicara di luar agama, banyak pendapatnya yang keliru. Meskipun keliru, namun gaya bicaranya seolah-olah tahu dan benar. Bahkan segala sesuatu dihubung-hubungkan dengan agama . Seolah-olah segala sesuatu bisa diselesaikan dengan agama. Konsekuensinya, segala sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan agama, bahkan tidak sesuai dengan pendapat pribadinya, maka itu akan dianggap salah. Akibatnya, orang demikian akan memiliki wawasan berpikir yang sempit. Dalam artikel ini akan dibahas orang yang bicaranya agama melulu.

Apakah wawasan berpikir itu?

Wawasan berpikir yaitu jangkauan berpikir, luasnya berpikir, materi berpikir, sudut pandang berpikir dan kualitas berpikir yang dimiliki orang-per orang yang berbeda-beda yang merupakan bagian dari cara berfilsafat yang dimiliki oleh tiap orang.

Ada berapa macam wawasan berpikir yang ada?

Secara umum ada dua macam wawasan berpikir.

1.Wawasan berpikir yang sempit
2.Wawasan berpikir yang luas

Ad.1.Wawasan berpikir sempit

Yaitu wawasan berpikir yaitu jangkauan berpikir, luasnya berpikir, materi berpikir, sudut pandang berpikir dan kualitas berpikir yang dimiliki orang-per orang yang berbeda-beda yang merupakan bagian dari cara berfilsafat yang dimiliki oleh tiap orang yang bersifat sempit.

Ciri-cirinya:

a.Cara berlogikanya dogmatis-pasif

Cara berpikir dogmatis artinya, itu-itu saja. Pasif karena apa yang dibicarakan, ditulis atau dilakukan itu-itu saja. Sedikit sekali di luar hal yang itu-itu saja.

Contoh:

Tiap hari yang dibicarakan agama melulu, yang ditulis agama melulu dan yang dilakukan hal-hal yang berhubungan dengan agama melulu. Membosankan bagi orang lain.

b.Enggan menghargai pendapat yang berbeda

Karena cara berpikirnya agama melulu, maka jika ada pendapat yang berbeda dengan ajaran agamanya, seseorang itu enggan untuk menerima. Cenderung enggan berbeda pendapat.

Contoh:

Baginya agama itu yang paling benar. Maka ideologi negara yang berbeda dengan agamanya atau ideologi negara yang tidak berbasiskan agama, akan dianggap bertentangan dengan ajaran agamanya.

Si A dari Islam aliran radikal menganggap Pancasila berbeda dengan ajaran agamanya. Oleh karena itu seseorang itu enggan menerima Pancasila di dalam kehidupannya.

c.Yang berbeda dianggap salah

Segala sesuatu yang berbeda dengan agamanya, akan dianggap salah. Bahkan segala sesuatu dihubung-hubungkan dengan ayat-ayat suci, seolah-olah penerapan ayat-ayat suci itu sudah benar, padahal belum tentu benar.

Contoh:

Seseorang berpendapat bahwa hipnotisme itu merupakan pekerjaannya mahluk halus, terutama setan. Yang melakukan hipnotisme dianggap dosa besar dan yang menontonnya juga dianggap berdosa, yaitu dosa sedang atau dosa kecil. Lantas dicocok-cocokkkan dengan acaran agamanya. Padahal dia tidak mampu membuktikan ucapannya, baik secara ilmiah maupun non ilmiah.

d.Merasa benar sendiri

Cenderung merasa pendapatnyalah yang paling benar. Pendapat orang lain yang berbeda selalu dianggap salah.

Contoh:
Si A berpendapat bahwa hadits Nabi Muhammad tentang kebersihan berlaku untuk semua kebersihan dalam arti yang luas. Misalnya, sehabis shalat Ied, koran-koranpun berterbangan mengotori lapangan sehingga kelihatan sekali lapangan tidak bersih. Si B langsung menyalahkan pendapat Si A dan mengatakan bahwa hadits Nabi Muhammad tentang kebersihan hanya berlaku untuk kebersihan tempat wudlu, masjid,mushola atau kamar mandi yang ada di masjid (padahal Nabi Muhammad SAW tidak pernah bersabda demikian).

e.Merasa tahu segala hal padahal tidak tahu segala hal

Cenderung merasa tahu segala hal, padahal belum tentu dan tidak benar-benar mengetahui hal-hal di luar agamanya.

Contoh:
Seorang ustadz bicara di TV dan mengatakan bahwa segala budaya dari asing harus ditolak karena tidak sesuai dengan budaya agamanya. Dia lupa bahwa baju koko yang dipakainya merupakan budaya asli dari China.

f.Pribadi subjektif

Orang yang wawasan berpikirnya sedikit, pada umumnya pengetahuan dan ilmu pengetahuannya juga sedikit. Oleh karena itu segala sesuatu diukur dari sudut pandangnya sendiri secara subjektif.

Contoh:

Si A golput dengan alasan belum ada capres atau caleg yyang benar-benar berkualitas. Si B yang wawasan berpikirnya sempit langsung menyalahkan Si A dan mengatakan golput itu haram. Kemudian menyebut ayat-ayat suci (dicocok-cocokkan saja).

g.Mudah menjadi korban brainwashing

Karena isi otaknya cuma agama, maka muah sekali menjadi korban brainwashing. Padahal, agama yang dianutnya ada 73 aliran yang mengandung perbedaan-perbedaan. Maka apapun ajaran agamanya, apapun alirannya, dianggapnya yang paling benar. Aliran lain dianggapnya salah.

Contoh:

Si A beragama Islam moderat. Sedangkan Si B beragama Islam radikal. Si B mengatakan agamanya yang radikallah yang benar. Islam moderat dianggapnya Islam yang salah, tidak maju dan tidak bisa mendatangkan perubahan.

h.Mudah dipengaruhi gurunya, terutama guru agamanya

Pastilah, orang yang isi otaknya hanya agama, sangat mudah dipengaruhi guru agamanya. Kalau guru agamanya bilang “A”, maka Si B akan percaya. Apapun yang dikatakan guru agamanya dianggap benar, lebih benar,paling benar dan selalu benar hingga Kiamat Qubro sekalipun.

Contoh:

Guru agama Si B mengatakan, Pancasila tidak menyelesaikan masalah. Lalu diberi contoh menjamurnya praktek korupsi dan berbagai bentuk kemaksiatan. Lalu dikatakan, Syariat Islam pasti bisa menyelesaikan masalah. Maka, Pancasila harus diganti dengan Syariat Islam dan sistem pemerintahannya harus berbentuk sistem Khilafah. Lalu diberi contoh sistem pemerintahan Khilafah yang sukses (di masa lampau). Si B-pun akhirnya berpendapat sama dengan pendapat gurunya. Sampai kapanpun.

Ad.2.Wawasan berpikir yang luas

Yaitu Wawasan berpikir yaitu jangkauan berpikir, luasnya berpikir, materi berpikir, sudut pandang berpikir dan kualitas berpikir yang dimiliki orang-per orang yang berbeda-beda yang merupakan bagian dari cara berfilsafat yang dimiliki oleh tiap orang yang bersifat luas.

Ciri-cirinya:

a.Cara berlogikanya dogmatis-aktif

Cara berpikir dogmatis artinya, itu-itu saja tetapi tidak fanatik. Aktif karena apa yang dibicarakan, ditulis atau dilakukan itu-itu saja. Tetapi, di luar itu juga memahami berbagai macam pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

Contoh:

Tiap hari yang dibicarakan tidak itu-itu melulu, yang ditulis tidak agama melulu dan yang dilakukan tidak hanya hal-hal yang berhubungan dengan itu-itu melulu. Tidak membosankan orang lain.

b.Bisa menghargai pendapat yang berbeda

Karena cara berpikirnya tidak itu-itu melulu, maka jika ada pendapat yang berbeda dengan pendapatnya, seseorang itu bisa untuk menerima. Cenderung menyukai  perbedaan pendapat.

Contoh:

Baginya agama itu bukan satu-satunya yang paling benar. Maka ideologi negara yang berbeda dengan agamanya atau ideologi negara yang tidak berbasiskan agama, tidak akan dianggap bertentangan dengan ajaran agamanya. Sebab ideologi negara adalah ideologi negara, agama adalah agama.

Si A dari Islam aliran moderat menganggap Pancasila tidak boleh dibandingkan  dengan ajaran agamanya. Oleh karena itu Si A bisa menerima Pancasila di dalam kehidupannya.

c.Yang berbeda dianggap belum tentu salah

Segala sesuatu yang berbeda pemikirannya, akan dianggap biasa-biasa saja. Bahkan segala sesuatu dihubung-hubungkan dengan ayat-ayat suci, belum tentu  sudah benar dan belum tentu salah.

Contoh:

Seseorang berpendapat bahwa hipnotisme itu merupakan pekerjaannya ilmiah, bukan pekerjaan setan. Yang melakukan hipnotisme dianggap tidak dosa besar dan yang menontonnya juga dianggap tidak berdosa, baik dosa sedang atau dosa kecil. Tidak dicocok-cocokkkan dengan acaran agamanya. Dan dia mampu membuktikan ucapannya, baik secara ilmiah maupun non ilmiah.

d.Tidak merasa benar sendiri

Tidak cenderung merasa pendapatnyalah yang paling benar. Pendapat orang lain yang berbeda selalu dicermatinya dengan baik. Kalau ada pendapat orang lain yang benar-benar salah, maka akan dikoreksinya berdasarkan ilmu logika yang dipahaminya. Jika pendapat orang lain benar, maka akan dikatakan benar.

Contoh:

Si B berpendapat bahwa hadits Nabi Muhammad tentang kebersihan hanya berlaku untuk kebersihan tempat wudlu, masjid,mushola atau kamar mandi yang ada di masjid (padahal Nabi Muhammad SAW tidak pernah bersabda demikian).Si A-pun yang benar-benar tahu, mengoreksinya ,berpendapat bahwa hadits Nabi Muhammad tentang kebersihan berlaku untuk semua kebersihan dalam arti yang luas. Misalnya, sehabis shalat Ied, koran-koranpun berterbangan mengotori lapangan sehingga kelihatan sekali lapangan tidak bersih.

e.Merasa belum tahu segala oleh karena itu selalu belajar

Cenderung merasa belum tahu segala hal, dan cenderung mempelajari hal-hal lain di luar yang sudah dietahuinya. Atau, suka menambah pengetahuan atau ilmu pengetahuan.

Contoh:

Seorang ustadz bicara di TV dan mengatakan bahwa segala budaya dari asing tidak harus ditolak asal tidak bertentangan dengan budaya Indonesia. Dia memeberi contoh  bahwa baju koko yang dipakainya merupakan budaya asli dari China tetapi bisa diterima bangsa Indonesia.

f.Pribadi objektif

Orang yang wawasan berpikirnya luas, pada umumnya pengetahuan dan ilmu pengetahuannya juga luas. Oleh karena itu segala sesuatu diukur dari sudut pandangnya secara objektif.

Contoh:

Si A golput dengan alasan belum ada capres atau caleg yang benar-benar berkualitas. Si A-pun golput dengan alasan memilih adalah hak dan bukan kewajiban. Juga berpendapat bahwa golput tidak melanggar undang-undang apapun juga. Baginya golput adalah hak tiap warganegara Indonesia.

g.Tidak mudah menjadi korban brainwashing

Karena isi otaknya luas, tidak cuma agama, maka sulit sekali menjadi korban brainwashing. Walaupun, agama yang dianutnya ada 73 aliran yang mengandung perbedaan-perbedaan. Maka apapun ajaran agamanya, apapun alirannya, dianggapnya ada. Tanpa menyalahkan agama lainnya

Contoh:

Si A beragama Islam moderat. Sedangkan Si B beragama Islam radikal. Si B mengatakan agamanya yang radikallah yang benar. Islam moderat dianggapnya Islam yang salah, tidak maju dan tidak bisa mendatangkan perubahan. Si A tidak akan terpengaruh pendapat Si B yang sempit itu.

h.Mudah dipengaruhi gurunya, terutama guru agamanya

Pastilah, orang yang isi otaknya tidak hanya agama, sangat sulit dipengaruhi guru agamanya. Kalau guru agamanya bilang “A”, maka Si A belum akan percaya. Apapun yang dikatakan guru agamanya dianggap belum tentu benar, lebih benar,paling benar dan selalu benar hingga Kiamat Qubro sekalipun. Pendapat guru agamanya selalu dianalisa berdasarkan ilmu-ilmu yang dipahaminya.

Contoh:

Guru agama Si A mengatakan, Pancasila tidak menyelesaikan masalah. Lalu diberi contoh menjamurnya praktek korupsi dan berbagai bentuk kemaksiatan. Lalu dikatakan, Syariat Islam pasti bisa menyelesaikan masalah. Maka, Pancasila harus diganti dengan Syariat Islam dan sistem pemerintahannya harus berbentuk sistem Khilafah. Lalu diberi contoh sistem pemerintahan Khilafah yang sukses (di masa lampau). Si A-pun belum tentu akan berpendapat sama dengan pendapat gurunya itu.

Kesimpulan:

1.Wawasan berpikir yang sempit:

a.Cenderung sulit diajak maju
b.Cenderung munafik
c.Cenderung selalu menyalahkan orang lain

2.wawasan berpikir yang luas:

a.Cenderung mudah diajak maju
b.Cenderung konsekuen
c.Cenderung selalu bisa menghargai pendapat orang lain

Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku berpikir
Sejak 1973


Kategori