Oleh: ffugm | November 14, 2010

Mengapa Nabi Muhammad SAW Tidak Memilih Kaya Raya?

DI Facebook saya sering menulis kalimat “Kaya Di Dunia Miskin di Akherat”. Sebenarnya kalimat ini merupakan salah satu filsafat yang menunjukkan bahwa sesungguhnya Tuhan itu Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Miskin bukan takdir Tuhan

Sesungguhnya kehidupan di dunia ini terjadi secara terprogram dan ada maksudnya. Kalau dikatakan kebetulan, maka yang dimaksudkan kebetulan adalah situasi dan kondisinya.

Misalnya: Si A lahir dari keluarga miskin. Ayah dan ibunya miskin. Tidak berarti Si A akan miskin seumur hidup. Kebetulan, situasi dan kondisinya miskin. Dan semua itu sudah mengikuti program. Kenyataannya, banyak orang miskin yang sukses menjadi kaya. Jadi, miskin adalah sebuah situasi dan kondisi. Bukan takdir.

Kaya bukan takdir Tuhan.

BMisalnya: Si A lahir dari keluarga kaya. Ayah dan ibunya miskin. Tidak berarti Si A akan kaya seumur hidup. Kebetulan, situasi dan kondisinya kaya. Dan semua itu sudah mengikuti program. Kenyataannya, banyak orang kaya yang gagal menjadi kaya. Jadi, kaya adalah sebuah situasi dan kondisi. Bukan takdir.

Filsafat potensi

Jadi, sesungguhnya kaya atau miskin adalah sebuah potensi. Bukan sebuah takdir.Tetapi sebuah nasib yang bisa diubah. Soal nasib, Tuhan tak pernah turut campur tangan sebab semua manusia diberi otak dan “freedom” untuk memilih hidup kaya atau miskin.Tuhan tak akan mengubah nasib suatu ummat kalau ummat itu tak mau mengubah nasibnya sendiri.

Filsafat keadilan

Rumus keadilan ibarat 1+9 = 2+8 = 3+7 = 4+6 = 5+5 = 6+4 = 7+3 = 8+2 dan = 9+1

Oleh karena itu, mereka yang kaya raya di dunia, tak mungkin kaya raya di akherat. Sebaliknya mereka yang miskin di dunia, tidak mungkin miskin di akherat. Dengan kata lain, mereka yang kaya raya di dunia, akan miskin di akherat. Sebaliknya, mereka yang miskin di dunia, akan kaya raya di akherat.

Catatan:

Rumus tersebut mohon tidak ditafsirkan secara harafiah.

Kenapa Nabi Muhammad tidak memilih kaya raya?

Sebagai seorang Nabi, beliau tentu sangat faham dengan Filsafat Keadilan di atas. Oleh karena itu, beliau memilih hidup sederhana dan banyak amal. Beliau lebih memilih kaya dalam hal takwa daripada kaya raya bergelimang harta.

Catatan:

Yang dimaksud hidup sederhana adalah tidak suka pamer harta

Manusia sering terkecoh harta kekayaan

Memang, agama tak melarang hidup kaya raya. Namun hendaknya harus diperoleh dengan cara yang halal. Bukan dengan cara korupsi. Harus disadari bahwa harta kekayaan hanya merupakan kesenangan duniawi. Bukankebahagiaan duniawi. Juga bukan kebahagiaan sorgawi.

Nabi Muhammad SAW mengejar kekayaan sorgawi

Itulah sebabnya, beliau tak memilih kaya raya. Sebab, kekayaan di dunia akan dibalas kemiskinan di akherat. Beliau lebih memilih kaya takwa,kaya amal,kaya doa,kaya ibadat,kaya ilmu,kaya agama,kaya moral dan kaya akhlak. Semua kekayaan inilah yang mengantarkan Nabi Muhammad SAW menjadi kaya raya di akherat.

Rumus keadilan:

1+9 = Miskin di dunia kaya di akherat

9+1 = Kaya di dunia miskin di akherat

Sumber gambar: bukus.wordpress.com

Catatan:

1.Artikel ini bukan cermin isi buku yang gambarnya dimuat di artikel ini.

2.Filsafat keadilan dan rumus keadilan adalah di dalam konteks matarial (bukan spiritual).

3.Wilayah filsafat keadilan dan rumus keadilan adalah pada batas logis.

Kesimpulan:

Maksud artikel ini adalah : Mani Muhammad lebih mementingkan kekayaan sorgawi/akherati daripada kekayaan duniawi. Tidak berarti Nabi Muhammad bukan orang kaya.

Sumber foto: yodama.wordpress.com

HariyantoImadha

Pengamat perilaku pemikiran

Sejak 1973


Kategori